Posted by : Fahri Tri Setio Kamis, 06 November 2014


Tak ada kata-kata selain sabar dan menunggu waktunya.

Hari ini Aku dan Ayu belajar bersama diperpustakaan. Sudah biasa aku melakukan kegiatan bersama Ayu. Ya, dialah temenku semenjak dari TK hingga kami berdua kuliah di satu Universitas yang sama walau berbeda Fakultas.  Orang tua kami berdua juga sudah saling kenal, dari Ibuku dan Ibunya Ayu memang 1 tempat kerjaan sehingga kami tinggal bersebelahan. Aku di ceritakan oleh Ibuku waktu Aku umur 15 tahun. Sudah banyak cerita dan pengalaman yang kita jalanin, mulai dari berangkat sekolah bareng, pulang sekolah bareng, mengerjakan tugas bareng dan masih banyak sehingga tidak bisa kulupakan hingga saat ini. Waktu terus berjalan dan ini semua aku rasakan ketika aku masuk tingkat SMA. Ya, aku mulai mengenal namanya Cinta. Mungkin aku Jatuh Cinta kepada Ayu ? entah aku bingung mengungkapkannya bagaimana, ada rasa senang jika Aku bisa jujur kepadanya namun aku takut karena dia sahabatku dari kecil. Cukup perasaan Aku kepada Ayu tersimpan di dalam hati, walau sangat sakit jika menahannya.

Ibaratkan Aku sama Ayu itu seperti Sendal Jepit, mereka kalau dipakai untuk ke Masjid selalu bareng dan tidak terpisahkan oleh pemiliknya dan dijaganya baik-baik supaya tidak hilang. Ini yang aku rasakan ketika sama Ayu, banyak teman-teman dan orang lain menganggap bahwa kita adalah pacaran. Aku berharap sama seperti orang lain katakan, namun tidak mungkin Aku dan Ayu hanyalah sahabat. 

Pada waktunya ada yang datang ke-kehidupan kami  berdua, Ibnu. Dialah teman sebangku-ku. Pada saat Ayu meninggalkan kelasku selesai kami berdua berbincang, Ibnu lalu datang dan duduk di bangku persis setelah Ayu tadi duduk. Dia mulai menanyakan namanya dan meminta nomer handphonenya. Aku kasih tau semua, sehingga dia tahu namanya adalah Ayu. 

Setelah Ibnu tau nomernya Ayu dia jadi sering sms-an, aku mengecek handphonenya dan banyak Inbox dari Ibnu. Aku dan Ayu sudah berjanji tidak ada yang ditutupi sehingga sudah biasa aku melihat dan meminjam handphonenya. Setelah mengecek ada satu sms yang membuat aku kaget, ibnu sudah menyatakan Cintanya kepada Ayu. Begitu cepat Ibnu jatuh cinta kepadanya. Aku lalu menanyakan kepada Ayu dan ternyata benar itu dari Ibnu, Ayu hanya tertunduk diam.

Semenjak itu Aku sering melihat Ibnu menunggu di depan pintu kelas Ayu pada saat jam istirahat dan sepulang sekolah. Mereka semakin dekat, dan Aku tahu di dalam hati Ayu sudah tumbuh bibit Cinta dari Ibnu. Sampai waktunya aku tahu bahwa Ayu dan Ibnu telah pacaran. Aku terdiam tidak bisa berkata apa-apa dan sedih. Namun, Aku baru sadar bahwa Aku bukan siapa-siapanya Ayu dan hanya sebatas Persahabatan kami.

Hari-hariku kini sudah sepi. Yang biasanya Aku dan Ayu mengerjakan tugas bersama sekarang tanpa kehadiran Ayu di sisiku. Dia sudah tidak lagi memperdulikanku. Sekarang dia hanya menghabiskan waktunya harinya hanya untuk Ibnu, ya sahabatkan ku sendiri, Ibnu. Aku yang biasanya berada di depan Ayu namun sekarang hanya bisa melihat Indah Wajahnya dari kejauhan hanya bisa dari belakang dia. Aku tidak berani untuk mengganggu dia dan Ibnu, takut hubungan mereka nantinya malah hancur gara-gara Aku. Memandang mereka dari belakang yang selalu tersenyum dan bercanda ria tanpa mereka ketahui betapa sakitnya yang aku rasakan saat ini. Perih Pedih Sakit melihat ini semua kenyataan.

Sudah 5 bulan hubungan mereka berdua berjalan, dan aku disini masih tetep melihat mereka dari belakang. Ternyata Ibnu benar-benar tulus kepada Ayu. Namun saat ini Ayu merasa sedih dan patah hati, karena Ibnu dikabarkan akan pindah ke LuarNegeri dan akan bersekolah disana. Ibnu tidak bisa menolak ajakan dari Ayahnya, karena jika Ibnu menolak dia disini akan Tinggal sama siapa. Bahwa Saudara Ayahnya pada disana. Ayu kembali kepadaku, dia menceritakkan semuanya dan benar Ayu juga telah mencintai Ibnu setulus seperti yang dilakukan oleh Ibnu. Sehingga Ayu tidak bisa menahannya, dan terpuruk. Sebagai posisi sahabatkan aku akan membuat Ayu tersenyum kembali, dan melakukan seperti biasanya bersamaku. Ayu tidak bisa melupakan berkataan yang dilakukan oleh Ibnu, sehingga Ayu saat ini berada di Rumah Sakit. Dan aku menemaninya sampai dia pulih.
Selama Ayu dirawat aku selalu disampingnya, untuk membuat Ayu merasa enak dan merasa tenang kembali. Aku tidak pernah lupa untuk mendoakan Ayu setelah Sholat. Aku memberi perhatian yang tulus kepadanya. Aku merawatnya dengan Ikhlas dan dengan kasih sayang. Dan aku berharap kita berdua bisa bersama-sama lagi.

Setelah Ayu pulih dan sudah sehat kembali kami berdua bisa melakukan aktifitas yang biasa kami lakukan seperti mengerjakan tugas bersama dan berlajar di perpustakaan. Pada saat Aku dan Ayu sedang berbahagia bisa kembali bersama-sama lagi hingga akhirnya di tengah kebahagian kami berdua dia telah datang kembali..kepada Ayu.
Ya, dialah Ibnu. Ibnu batal pindah ke LuarNegeri karena orang tuanya tahu bahwa disini Ibnu telah memilih jodohnya dan orang tuanya yakin mereka akan bersama di rumah tangganya. Mereka berdua kini telah kembali berbahagia dan bercanda kembali, Aku kembali merasakan sakitnya. Andai Ayu tahu perasaanku saat ini.

Waktu terus berjalan dan waktu pun silih berganti. Telah tiba saatnya Aku menerima Undangan berwarna merah dari Ayu dan di depannya tertulis nama lengkap Ibnu dan nama lengkap Ayu. Aku tidak boleh sedih di depan Ayu, aku harus menerimanya dan harus lapang dada. Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih dan tersenyum kepadanya lalu Aku pergi meninggalkan Ayu dengan muka yang berbohong. Maafkan Aku, terpaksa Aku berbohong sama kamu Ayu. Aku tidak mau melihat sahabatku sedih karena melihat Sahabatnya yang sama punya perasaan kepadanya. Aku mampir ke Taman untuk menyendiri dan berusaha tegar. Aku sudah menebak isi dari undangan ini. Mereka akan melaksanakannya di Tempat yang pernah aku janjikan kepada Ayu waktu itu. 

Saatnya pagi yang cerah ini tibalah dimana pertunangan Ibnu dan Ayu akan dilaksanakan. Rasanya aku tidak mau hadir, karena masih belom bisa melupakan Ayu begitu saja. Tetapi Aku ingat, Aku harus Ikhlas. Kalau tidak begitu nantinya Aku malah membuat Hubungan mereka berdua jadi ancur. Aku datang ke tempatnya bersama teman-teman kampusku yang lainnya. 

Ya inilah yang ditunggu-tunggu, Ibnu memasang cincin ke jari manis Ayu. Aku melihatnya bahwa Ibnu dan Ayu telah resmi dan kebahagiaan telah datang kepada mereka berdua. Namun ada rasa sesak di dada saat melihat Ayu memeluk Ibnu, Aku tidak bisa menahannya sehingga Aku harus keluar supaya Ayu tidak melihat apa yang aku lihat. Seharusnya Aku bahagia melihat sahabatku bahagia, namun tidak bisa. 

Hampir 1 tahun sudah pertunangan Ibnu dan Ayu berlalu. Ini kenyataan yang aku terima, bahwa Ayu bukan lah milikku. Dia kini sudah milik Ibnu selamanya. Ayu hanya temanku sewaktu sekolah dan belajar, rumah kami masih bersebelahan. Namun Ayu tidak tinggal bersama orang tuanya lagi, dia sekarang tinggal bersama Ibnu, wife Ayu. Ibuku tahu perasaanku kepada Ayu, namun Ibu tidak bisa berkata apa-apa. Selain menyuruhku untuk mencari seseorang yang baru dan lupakan nama Ayu.

Pada saat Aku duduk terdiam di teras rumah, lalu Ibu datang menghampiriku dan memberitahu bahwa Ibnu dan Ayu mengalami kecelakaan bus.  Seketika aku menjadi lemas, dan dia bisa bergerak sedikit pun alias kaku.

Aku langsung menyiapkan sepeda motorku dan berangkat ke Rumah Sakit. Sesampainya di Rumah Sakit sudah ada dari Keluarga Ibnu dan Ibunya Ayu. Suasana saat itu di depan ruangan sedang duka dan haru. Aku juga merasakan apa yang dirasakannya sama Ibunya Ayu, ada jendela kecil lalu aku mencoba mengintipnya. Aku tidak tega melihat Ibnu teman sebangku-ku seperti ini, banyak darah di sekitar tubuhnya dan kepalanya. Ya allah kenapa engkau memberikan cobaan kepada mereka berdua yang baru 1 tahun merayakan hari pernikahannya. Lalu aku melihat Ayu tertidur lemah dan dia sedang koma. 

Aku menangis melihat mereka berdua, tidak tahu harus berbuat apa selain berdoa. Aku hanya bisa menemani Ayu menjalakan operasinya. Ayu sampai saat ini belum sadar juga. Setiap hari aku menemani Ayu dan tidak pernah bosan untuk berdoa, supaya Ayu cepat sembuh dan bisa kembali ceria lagi melihat wajah cantiknya.

Hari-hariku hanya untuk menemani Ayu, tak peduli aku absen masuk kuliah. Aku akan menunggu dia hingga sadar dari komanya. Tak peduli rasa cape dan letih yang menimpa. Yang terpenting adalah Ayu harus segera sadar.

Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah. Ayu kini sudah sadar kembali namun masih tergeletak lemas badannya. Pada saat dia membuka matanya nampaknya dia masih bingung apa yang terjadi padanya, lalu dia menyebutkan nama suaminya, ya, Ibnu. Aku tidak ingin Ayu tahu bahwa Ibnu kini telah kembali ke pelukkan Allah. Aku merusaha mencegah dia untuk bangun, namun dia tetap memberontak. Tetapi aku benar-benar tidak bisa hari ini juga untuk memberi kabarnya. Lalu aku menyuruhnya istirahat kembali dan makan yang sudah disiapkan oleh Ibunya sejak tadi pagi. 
Setelah Ayu benar-benar sehat sekarang dia sudah tahu Ibnu kemana, Ayu tidak bisa menahan air matanya. Dia tak peduli didepannya ada siapa, dia nangis dan emosi. Dia sampai menyalahkan dirinya sendiri dan terus nangis tidak menyangka ini semua terlalu cepat. Aku hanya diam dan membiarkan Ayu berdua bersama Ibunya didalam. Aku menunggu di luar bersama Ibuku. 

Setahun kemudian, Ayu mulai ikhlas kepergian Ibnu. Ayu sekarang kembali ceria lagi sepergi awal Aku dan Ayu mengerjakan tugas di perpustakaan. Kini Aku dan Ayu ya bisa bercanda lagi.
Sore ini aku datang ke makam sahabatku Ibnu. Aku berdiri tepat di samping tempat peristirahatan terakhirnya :( aku memandangi namanya di batu nisa dan duduk untuk membacakan doa supaya di sana dia baik-baik saja dan diampuni dosanya. Tanpa ku sadari Ayu sudah ada di samping juga untuk mendoakannya. 

“Anton, masihkah kamu menyimpan perasaan itu ? perasaan cintamu kepada-ku ?”

“Ayu,, ? k-ho kamu di-si-ni ?” tanyaku bingung dan tak menyangka

“Sekarang aku menyadari betapa berartinya dirimu. Kamu selalu setia menemaniku dalam senang maupun susah. Saat ku tergolek lemah tak berdaya, kamu merawatku dengan penuh kasih sayang, kamu selalu berada di sampingku. Kamulah orang yang menguatkanku, membuatku bangkit dalam kerterpurukan. Kamu juga menyadarkanku untuk menerima takdir dari tuhan, untuk mengikhlaskan kepergian ibnu. Dan apabila memang kamulah takdir cinta untukku maka aku menerimanya. Aku mencintaimu dari ketulusan hatimu. Maafkan aku jika aku waktu itu tidak menyadari cintamu kepadaku itu betapa besarnya.”

“Ayuu.. aku memang benar mencintaimu, namun ketika aku tahu kamu sedang bahagia aku menuruti saja dan tidak berani mencegahnya. Sekarang kamu udah tau perasaan ? maukah kamu sekarang menghabiskan hari-harimu bersamaku ?  seperti kita waktu kuliah ? maukah kamu menikah denganku” kataku terharu dan memang ini butuh waktu dan kesabaran.

Ayu tak bisa berkata apa-apa. Dan dia hanya diam dan menangis. Aku juga turut menangis, menangis bahagia. Lalu Ayu menerima pertanyaanku dan tepat di depan makam Ibnu. Aku berjanji sahabatku untuk menjaga Ayu. Dan Aku melihat Ibnu Nampak tersenyum kepadaku. :) 

THE END



Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Selamat membaca :) Semoga terhibur dan bermanfaat

Translate

My Linkedin

Follow My Instagram

Instagram

Popular Post

Followers

Total Pageviews

FahriTS. Diberdayakan oleh Blogger.

Daftar Isi

- Copyright © 2013 Fahri Tri Setio -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -