Posted by : Fahri Tri Setio Jumat, 22 Desember 2017


Pemukulan Gong oleh international office Alicante University menandai Launching INDOEDUC4ALL


Semangat perjuangan yang selama ini telah dilakukan pegiat difabilitas, mulai dari ratifikasiConvention on the Rights of Persons with Disabilities(CRPD) menjadi UU Nomor 8 tahun 2016, sampai berlangsungnya proses penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) merupakan langkah besar. Langkah besar ini tentunya juga memperbesar peluang yang memungkinkan terciptanya pendidikan inklusif di Perguruan Tinggi. Untuk memantapkan perjuangan itu, beberapa perguruan tinggi yang respek terhadap pendidikan difabel seperti UIN Sunan Kalijaga, UII, UIN Syarief Hidayatullah, IAIN Solo, Universitas Surabaya, Universitas Indonesia, Alicante University Spanyol, didukung Dirjen Pendidikan Tinggi sedang merintis berdirinya organisasi difabel nasional di kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Untuk kepentingan itu, diselenggarakan Konferensi Nasional bertajuk “Ensuring Access and Quality Education for Students with Disabilities in Indonesian Universitiesdan Launching Program INDOEDUC4ALL,di gedung RHA. Soenarjo, kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (14/12).

Mantan ketua Pusat Layanan Difabel (PLD) UIN Sunan Kalijaga, yang saat ini masih aktif (turut) mengembangkan keberadaan PLD, Dr. Rof’ah ditemui di sela-sela acara menyampaikan, dirintisnya organisasi difabel nasional dan dilaunchingnya program INDOEDUC4ALL di kampus UIN Sunan Kalijaga, tentunya memberikan semangat tersendiri untuk membenahi pendidikan di Perguruan Tinggi agar memberikan akses yang sama terhadap mahasiswa difabel. Hal ini menjadi modal bagi keberlangsungan perjuangan para organisasi difabel dalam mengawal kebijakan pemerintah, khususnya di wilayah pendidikan.

Ia mencontohkan bagaimana peran organisasi difabel dalam menterjemahkan atau memahami impelementasi pendidikan inklusi. Mulai dari Taman Kanak-kanak (TK,) Sekolah Dasar (SD,) Sekolah Menengah Pertama (SMP,) Sekolah Menengah Atas (SMA,) sampai Perguruan Tinggi. Mendetailkan teknis pelaksanaan dari poin-pon yang ada di dalam CRPD dan UU Penyandang Disabilitas.

“Mulai dari apa yang harus dilakukan, seperti assisstive teknologi apa yang harus ada, kemudian pentingnya unit difabilitas di semua pelayanan pendidikan, ketersedian sarana dan prasarana itu menjadi penting kunci sukses pendidikan inklusi,” sambung Ro’fah.

Menurut Rof’ah, di kampus UIN Sunan Kalijaga, sebelum berdirinya PLD para mahasiswa telah aktif memberi pendampingan kepada para mahasiswa difabel. Karena memang sejak dulu kampus ini telah menerima difabel untuk bisa studi lanjut. Dengan Lahirnya PLD, kampus ini lebih bisa melakukan pelayanan yang sebaik-baiknya. Lebih-lebih lagi dengan adanya dukungan dari Dirjen Dikti dan University of Alicante, Spanyol, diharapkan akan bisa segera didirikan organisasi difabel nasional yang akan memayungi berbagai PLD yang ada di kampus-kampus di Indonesia ini. University of Alicante, Spanyol memberikan dukungannya melalui program bernamaINDOEDUC4ALLyang akan berjalan sampai tiga tahun kedepan.Di mana Alicante sebagai koordinator menggandeng enam universitas di Indonesia untuk menjadi agen dari program tersebut. Ke-enamnya adalah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Indonesia, Universitas Lambung Mangkurat, Universitas Surabaya, dan IAIN Surakarta.

Luis Gomez de Membrillera Desantes selakuInternational Officedari Universitas Alicante menjelaskan, Program tersebut dibentuk melihat optimisme dari progres yang ditunjukkan berbagai universitas di Indonesia, baik dalam membentuk layanan dan komitmen terhadap isu difabilitas. Melalui program INDOEDUC4ALL menurutnya, bisa memodernisasikanassisstive tekhnologiatau alat bantu teknologi bagi difabel di setiap universitas.

“Selain dari upaya penyadaran akses pendidikan untuk difabel yang kondisinya juga sama seperti di Alicante. Pada forum ini, program INDOEDUC4ALL saya launching,” tambah Luis.

Selain mengenalkan programINDOEDUC4ALL, Universitas Alicante melalui Direktur Unit Layanan Mahasiswa Difabel, Pepi Parreno menjelaskan kerja-kerja yang sudah dilakukan di universitas asal Spanyol tersebut. Kerja-kerja tersebut menurutnya tidak berbeda dengan apa yang juga dilakukan Pusat Layanan Difabel (PLD) di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Lebih jauh, Pepi selaku kepala Unit layanan menjelaskan, PLD di Universitas Alicante yang sudah berdiri 17 tahun lalu, berada di bawah Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Ketenagakerjaan Universitas Alicante.

Terkait struktur unit layanannya yang diketuai Pepi sendiri, terdapat empat pekerja sosial, di mana salah satunya merupakan seorang sosialog. Selain itu ada dua ahli psikolog dan satu ahli seksolog yang berasal dari sumberdaya eksternal unit layanan. Sedangkan di dalam internal, ada satu orang yang ahli di bidangassisstive tekhnologiatau teknologi bantu untuk difabel.

Pepi juga menjelaskan tujuan dari unit layanan yang dikawalnya untuk menjamin partisipasi penuh dari mahasiswa difabel dengan prinsip kesamaan kesempatan dan aksesibilitas universal. Prinsip tersebut menjadi dasar dalam setiap pengadaan program-program, serta ruang aspirasi dan menjadi pegangan dalam menjalankan misi penyadaran terhadap masyarakat kampus Alicante dalam memahami difabilitas.

Adapun kerja-kerja yang dilakukan yakni mengindentifikasi kebutuhan mahasiswa difabel, dan memberikan masukan sekaligus membuka layanan konseling. Kemudian membangun rencana aksi terkait program-proram yang akan dilaksanakan ke depan, membimbing dan memberi panduan kepada para dosen bagaimana melakukan adaptasi terhadap pembelajaran. “Sekaligus membuka layanan bagi keduanya,” terang Pepi.

Menurut Pepi, rencana aksi yang sedang berjalan di Alicante. Seperti mengidentifikasi dan mengorganisir mahasiswa difabel yang mau disebut difabel. Sebab menurutnya, tidak semua mahasiswa difabel mengakui kedifabelannya. Mereka juga mengajukan modifikasi tes, ujian dan membuat proposal untuk mengubah mekasnisme pembelajaran yang selama ini belum mengakomodir. Selain itu menginformasikan kepada mahasiswa pentingnya memiliki sertifikat difabilitas dalam workshop atau diskusi tentang difabilitas.

“Dan menjembatani lulusan mahasiswa difabel untuk masuk ke dunia kerja,” lanjut Pepi. Sedangkan dari aspek kerelawanan, ia mengorganisir relawan baik yang diberikan kepada orgnasisasi difabel di sekitarnya yang membutuhkan dan sebaliknya. Unit layanannya menerima relawan dari organisasi difabel. Di samping itu, juga mengadakan pelatihan kerelawanan.

Bagi Pepi, kerja-kerja unit layanan tidak berbeda dengan unit PLD di UIN Sunan Kalijaga. Kehadirannya dalam program yang akan mengajak enam universitas di Indonesia, untuk sama-sama belajar bagaimana menentukan strategi dalam memberikan layanan bagi mahasiswa difabel.

Arif Maftukhin, M.Si., ketua PLD UIN Sunan Kalijaga menjelaskan, untuk menuju kampus inklusi tidak hanya adanya unit layanan. Lebih dari itu, semua masyarakat kampus mulai dari dosen, mahasiswa, dan birokrasi turut serta mengusung dan mendorong kemudahan fasilitas dan pelayanan difabilitas dalam pendidikan inklusi. Dengan adanya program INDOEDUC4ALL dan support 6 PT lain, serta dukungan Dirjen Dikti yang pada forum ini diwakili oelh Rektor Universitas Lambung Mangkurat, pihaknya berharap, akses studi lanjut difabel di Indonesia ke PT semakin terbuka luas.

Rektor Universita Lambung Mangkurat menambahkan, Ke depan akan semakin banyak PT yang menyediakan kursi bagi para difabel. Hal itu telah diamanatkan dalam UU No. 8 Tahun 2016. Dunia kerja juga harus menyediakan porsi untuk lulusan difabel. Dengan prosentasi 100 formasi lapangan pekerjaan, 1 orang diantaranya untuk difabel. Hal ini berlaku untuk instansi pemerintah, perusahaan maupun lembaga swasta. Aturan ini belum banyak yang mengetahui, sehingga perlu terus disosialisasikan agar UU tak sekedar diwajibkan untuk lembaga pemerintah, tapi terimplementasi ke semua lapangan pekerjaan, dengan memberi kemudahan fasilitas untuk tenaga kerja difabel.

Pada forum ini, PLD UIN Sunan Kalijaga memberikan anugerah inklusi kepada beberapa orang relawan, yang telah berkontribusi, berdedikasi dan berkomitmen tak ternilai sejak berdirinya PLD UIN Sunan Kalijaga hingga sekarang, yakni: Kasman Ibnu (Relawan sebelum ada PLD dan ikut merintis berdirinya PLD), Aslamah dan Ragil Ristiyanti (text:Weni H/ Foto: Doni TW-Humas).

SUMBER : UIN SUNAN KALIJAGA

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Selamat membaca :) Semoga terhibur dan bermanfaat

Translate

My Linkedin

Follow My Instagram

Instagram

Popular Post

Followers

Total Pageviews

FahriTS. Diberdayakan oleh Blogger.

Daftar Isi

- Copyright © 2013 Fahri Tri Setio -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -